Sebelum smartphone menguasai pasar hiburan portabel, Sony sudah lebih dulu memukau dunia lewat PlayStation Portable atau PSP. Konsol ini bukan hanya alat bermain, tetapi juga simbol gaya hidup anak muda tahun 2000-an. Dengan desain elegan, layar lebar, dan kemampuan multimedia yang luar biasa pada zamannya, PSP menawarkan pengalaman yang jauh melampaui sekadar bermain game. Ia bisa memutar musik, film, dan bahkan menjelajah internet—fitur yang jarang dimiliki perangkat lain kala itu.
Yang membuat PSP games begitu istimewa adalah kualitasnya yang nyaris bandar togel setara dengan konsol rumahan. Game seperti God of War: Chains of Olympus, Monster Hunter Freedom Unite, dan Crisis Core: Final Fantasy VII memperlihatkan betapa kuatnya perangkat kecil ini. Masing-masing membawa dunia besar dan cerita kompleks yang bisa dinikmati di mana saja. Tidak heran jika PSP sempat menjadi primadona di pasar global, termasuk di Indonesia, di mana banyak gamer menjadikannya teman setia saat bepergian atau mengisi waktu luang di sekolah.
Selain katalog game resmi, PSP juga dikenal karena komunitas modding-nya yang besar. Banyak penggemar memodifikasi perangkat mereka untuk memainkan game klasik atau menambahkan fitur kustomisasi yang unik. Hal ini memperpanjang umur konsol dan menjadikannya simbol kebebasan berekspresi di dunia gaming. Meski kini sudah ada emulator PPSSPP yang menghadirkan kembali game-game lama di PC dan smartphone, sensasi menggenggam PSP asli tetap tak tergantikan. Tactile feel tombol-tombolnya, bunyi khas saat UMD berputar—semuanya menghadirkan nostalgia yang tak bisa disimulasikan.
Warisan PSP masih terasa hingga kini. Banyak ide yang diusung Sony di era tersebut menjadi dasar inovasi untuk platform modern. Konsep remote play, misalnya, berasal dari percobaan koneksi antara PSP dan PS3. Kini, ide serupa hadir kembali lewat integrasi PS5 dan PlayStation Portal. Dengan begitu, kita bisa mengatakan bahwa meski PSP sudah pensiun, rohnya masih hidup di setiap perangkat portabel Sony berikutnya.